Peran Hmi Dalam Menjawab Tantangan Ideologi Global

peran-hmi-dalam-menjawab-tantangan-ideologi


Peran Hmi Dalam Menjawab Tantangan Ideologi Global

Oleh: Muhammad Ari Ramadhan


Abstraksi: Peran Hmi Dalam Menjawab Tantangan Ideologi Global


Globalisasi sebagai isu kontroversial telah menciptakan celah besar dalam kehidupan politik negara, menghancurkan budaya lokal, serta merobek sekat antar negara. Ancaman terhadap kehidupan manusia akibat globalisasi juga semakin beragam, tidak hanya datang dari perang besar atau nuklir, tetapi juga dari kekuatan radikal yang berkembang di masyarakat dan melahirkan terorisme.


Sementara dampak globalisasi terhadap ekonomi dunia adalah: kemiskinan dan kesenjangan global, krisis pangan dunia, pencucian uang. Dampak globalisasi terhadap cara berpikir orang adalah: adanya solidaritas virtual, munculnya gerakan transnasional. Globalisasi juga mempengaruhi ideologi dan dakwah. HMI sebagai organisasi pergerakan ditengah pergolakan eksternal dan internal mencoba menjawab tantangan ini.


Kata Kunci : Globalisasi, HMI Politik


Pendahuluan: Peran Hmi Dalam Menjawab Tantangan Ideologi Global


Ideologi negara sebagai perangkat gagasan atau konsep berpikir negara adalah sebagai tatanan nilai yang diharapkan dapat diaktualisasi dengan baik oleh negara yang direpresentasikan oleh pemerintah dan juga oleh warga negara.


 Ideologi tersebut pada dasarnya merupakan nilai-nilai yang disepakati bersama untuk dijadikan pedoman dalam bersikap dan berperilaku sebagai identitas negara serta seluruh warga negara. Ideologi sangat menentukan eksistensi suatu negara (Agus, 2016). 


Nilai-nilai yang dijadikan pedoman tersebut berisikan nilai-nilai yang baik dan diyakini mengantarkan bangsa memiliki peradaban yang membanggakan sekaligus membawa ke kehidupan ideal yang dicita-citakan dalam berbagai dimensi kehidupan meliputi bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ideologi memainkan

 

Peran sentral dan dibentuk sebagai kerangka kerja mental yang mendominasi pemikiran social suatu masyarakat (Li X. & T. Soobaroyen, 2020). Eksistensi ideologi oleh berbagai ahli biasanya dituntut untuk memperlihatkan sifat yang terbuka dan bukan tertutup. 


Asshiddiqie (2006) menjelaskan ciri dari dua tipe ideologi, pertama, ideologi tertutup diartikan sebagai ajaran yang kebenarannya tidak boleh dipersoalkan lagi, tidak hanya menentukan kebenaran nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar saja tetapi menentukan hal-hal yang bersifat konkret operasional, dan tidak bersumber dari masyarakat melainkan dari pikiran elite yang dipropagandakan kepada masyarakat. 


Sementara itu, ideologi terbuka adalah hanya berisi orientasi dasar, sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan-tujuan dan norma sosial politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan prinsip moral yang berkembang di masyarakat (Asshiddiqie, 2006).


Globalisasi secara sederhana dapat dikatakan sebagai penyempitan dan percepatan keterkaitan seluruh dunia, batas-batas teritorial maupun budaya antar bangsa menjadi seolah hilang. 


Proses ini menjadi sebuah isu kontroversial dalam studi ilmu politik. Sebagian berpendapat bahwa globalisasi mendatangkan kematian negara-bangsa berdaulat, sebagai kekuatan global yang melemahkan kemampuan pemerintah untuk mengendalikan perekonomian mereka dan masyarakatnya sendiri. 


Ohmae menuliskan, “globalisasi telah menghancurkan budaya-budaya lokal, merobek pasar-pasar di belahan dunia manapun dan merobohkan dinding pembatas antar negara.” Sebagian lain yang mendukung ide globalisasi berpendapat bahwa negara-negara tetap merupakan unsur utama pembentuk tatanan dunia, “bagi mereka globalisasi merupakan kemajuan, Negara- negara harus menerimanya jika mereka ingin berkembang dan memerangi kemiskinan secara efektif.” (Stiglitz, 2012). 


Membidik arah globalisasi memang sulit, perubahan cepat sedang berproses. Dunia seakan berlari tanpa keseimbangan, sulit terlihat jangkauan arahnya apalagi menentukan dengan pasti sifat-sifat tatanan dunia yang menjadi muara. 


Fukuyama menekankan dalam menghadapi era globalisasi setiap Negara harus mengarahkan kekuatan Negara kearah tujuan-tujuan yang dianggap sah oleh rakyat yang dilayaninya, serta menjalankan kekuasaan dibawah aturan hukum yang disepakati bersama. Aksi-aksi terorisme, penyebaran penyakit, bertahannya tingkat kemiskinan, serta merebaknya perang sipil, jelas

 

Merupakan sebuah gejala politik tentang kegagalan negara menjalankan perannya dalam menghadapi tantangan global. 


Sudah saatnya negara memperkuat perannya. (Fukuyama, 2005). Globalisasi saat ini memang tidak berpihak kepada kaum miskin dunia, meski demikian pilihan untuk meninggalkan globalisasi juga tidak mungkin dilakukan sehingga permasalahan mendasarnya adalah bukan pada globalisasi itu sendiri melainkan bagaimana globalisasi itu dikelola.


Himpunan Mahasiswa Islam sebagai organisasi pergerakan mahasiswa dan sebagai salah satu pilar perubahan bangsa, harus mampu mengambil peran bagaimana menghadapi pesatnya globalisasi yang berpengaruh pada rezim yang semakin pragmatis, tunduk akan kekuasanya oligarki, dan semakin menyempitnya ruang aspirasi. 


Kiranya hal inilah yang menjadi fokus dari pembahasan ini yang dikontekstualisasikan dengan dinamika tantangan globalisasi dan bagaimana peran HMI dalam menjawab tantangan tersebut.


Tinjauan Pustaka Dan Metode


Pendekatan yang digunakan dalam memahami permasalahan yang diajukan adalah deskriptif analisis dengan studi kepustakaan. Data-data dikumpulkan melalui studi literatur dan observasi. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data dari sumber referensi yang relevan seperti buku, artikel, dan perundang-undangan terkait, baik dari sumber tertulis maupun sumber digital. 


Kemudian observasi dilakukan dengan mengamati sikap dan perilaku penyelenggara negara serta masyarakat, termasuk dari sumber pemberitaan maupun spektrum interaksi sehari-hari. Hasil data studi literature dan observasi kemudian diperiksa kebermaknaannya yang relevan dengan aktualisasi nilai-nilai HMI dalam menjawab tantangan ideologi global.


Merujuk pada objek bahasan, data-data yang dikumpulkan terkait nilai-nilai substantive yang dikorelasikan hasil interaksinya dengan nilai-nilai yang berkembang sebagai konsekuensi dari proses globalisasi.


Analisa Dan Pembahasan


Sebelum membahas lebih jauh, penulis terlebih dahulu akan memaparkan tentang pengertian globalisasi. Dalam bahasa Inggris globalisasi berasal dari kata  

global, “world-wide; embracing the whole of group of items” (Hornby, 1974) yang berarti mendunia; melingkupi seluruh kelompok materi. Secara istilah globalisasi memiliki beberapa pendekatan pengertian, yaitu; Pertama, globalisasi sebagai internasionalisasi. 


Di sini, globalisasi dipandang hanya untuk menggambarkan hubungan lintas - perbatasan antara negara-negara. Dalam pengertian lain Globalisasi menggambarkan pertumbuhan dalam pertukaran internasional dan saling ketergantungan. 


Dengan arus pertumbuhan perdagangan dan investasi modal memungkinkan ekonomi nasional bergerak melampaui ekonomi internasional (dengan entitas prinsip adalah ekonomi nasional) untuk menjadi lebih kuat - ekonomi global adalah sebuah proses di mana ekonomi nasional yang berbeda-beda diintegrasikan ke dalam sistem oleh proses dan transaksi internasional. 


Kedua, globalisasi sebagai liberalisasi. Dari berbagai definisi menunjukkan bahwa globalisasi menciptakan kebebasan pasar. Ketiga, globalisasi sebagai universalisasi. 


Keempat, globalisasi sebagai westernisasi atau modernisasi. Globalisasi dipahami oleh sebagian ahli sebagai dinamisasi cara berfikir dan gaya hidup. Sebagai contoh dalam hal ini adalah struktur sosial modernitas seperti kapitalisme, rasionalisme, industrialisme, birokratisme tersebar di seluruh dunia. 


Biasanya menghancurkan budaya lokal dan prosesnya menjadi penentuan atas nasib masing-masing peradaban lokal. Hal ini berarti Propaganda globalisasi jika digaungkan oleh suatu negara atau kelompok, ia berarti generalisasi pola hidup yang menjadi karakter khas mereka menjadikannya menembus seluruh batas dunia. 


Kelima, globalisasi sebagai deterritorialization atau sebagai penyebaran supraterritoriality. Globalization' entails a 'reconfiguration of geography, so that social space is no longer wholly mapped in terms of territorial places, territorial distances and territorial borders.” (Giddens, 1990). Globalisasi diartikan sebagai rekonfigurasi geografis, sehingga ruang sosial tidak lagi sepenuhnya dipetakan berdasarkan tempat teritorial, jarak teritorial dan batas wilayah. 


Dari beberapa terminologi tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa globalisasi adalah sebuah proses memiliki beberapa karakteristik yaitu, Pertama, terjadinya pencairan kegiatan sosial, budaya, politik dan ekonomi lintas batas negara. Kedua, terjadinya intensifikasi dari dan antar setiap bidang

 

kehidupan sosial. Ketiga, terjadinya percepatan interaksi dan proses global. Keempat, terjadinya keterperangkapan konsekuensi lokal ke global dan sebaliknya.


Dari dinamika lalu lintas pergaulan, interaksi, dan akses terhadap nilai-nilai yang berkembang, seperti apakah tantangan yang harus dihadapi negeri ini dan bagaimana HMI sebagai organisasi mahasiswa juga berperan dalam pergolakan ideologi global. kiranya menarik untuk dilihat secara lebih rinci. Dalam hal ini bahasan dilakukan terhadap dua sub-fokus meliputi tantangan globalisasi dan peran negara yang dikorelasikan dengan implikasi aktualisasi nilai-nilai bersama. 


Pertama, tantangan yang dilihat pertama adalah bentuk pengaruh globalisasi terkait aktualisasi nilai-nilai ideologi yang ada pada masyarakat. 


Kemudian kedua, penelusuran juga dilakukan pada peran yang dilakukan oleh HMI dalam merespons tantangan globalisasi serta implikasi peran yang telah dilaksanakan.


Tantangan Ideologi Global


Globalisasi sebagai sebuah realitas tidak dapat dihindari. Globalisasi membentuk hubungan lintas negara dan lalu lintas tersebut memperlihatkan adanya ketergantungan satu dengan yang lain serta untuk saling membutuhkan dan melengkapi. Pada satu sisi, perkembangan telah memberi dampak positif dan negara dapat merasakan manfaatnya. 


Dengan perkembangan system teknologi, informasi, komunikasi, dan transportasi, negara diberikan kemudahan dalam melakukan berbagai kegiatan yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi pelaksanaan pembangunan. Berbagai hal yang menjadi prioritas pemerintah baik pusat maupun daerah dapat dicermati masyarakat. 


Melaui media dengan mudah dapat dilihat serta diketahui hal-hal yang menjadi program pemerintah, baik dalam jangka panjang, jangka menengah, maupun jangka pendek. Dengan fasilitas sistem transportasi, pejabat pemerintah pusat misalnya dapat dengan mudah dan cepat melakukan peninjauan ke daerah.


Hal-hal yang telah dilaporkan sebelumnya dapat dicek langsung di lapangan. Kemudahan yang sama dapat dilakukan, misalnya saja ketika suatu konflik meletus pada suatu wilayah, pemerintah dapat dengan segera mengirimkan tambahan pasukan pengamanan dari wilayah tertentu ke wilayah terjadinya konflik tersebut. Realitanya globalisasi tidak hanya menawarkan

 

dinamika dampak positif seperti gambaran di atas. Tidak dapat dinafikan berbagai permasalahan juga harus ditanggung negara terkait spektrum globalisasi tersebut yang dalam konteks ini dilihat sebagai tantangan. Berbagai nilai dengan identitas paham baik yang sudah lazim dikenal maupun yang mengambil bentuk baru, berseliweran menyertai tata pergaulan dan interaksi di tengah arus globalisasi. 


Setidaknya berbagai nilai dapat dilihat masyarakat dengan hubungannya dengan dunia maya serta akses terhadap informasi yang difasilitasi secara luas melalui internet. Teknologi internet membawa perubahan pada kehidupan manusia (Sanjaya, 2018). 


Dalam konteks politik misalnya, individu yang tertarik secara sosial dan politik sering menggunakan Internet untuk memfasilitasi dan meningkatkan partisipasi sipil dan politik mereka Kondisi demikian dapat mempengaruhi corak berpikir baik masyarakat maupun penyelenggara negara. 


Hal ini sejalan dengan uraian yang menyebutkan bahwa di era globalisasi, rentan sekali masuknya nilai-nilai, norma, bahkan ideologi baru. (Pratiwi, A. E., Triyono, S., Rezkiyanto, I., Asad, A. S., & Khollimah, D. A., 2018)


Peran HMI Dalam Menjawab Tantangan Ideologi Global


Sejak awal berdirinya, HMI telah meletakkan semangat keislaman dan kebangsaan dalam satu nafas. Kelahiran HMI tidak terlepas dari permasalahan bangsa yang di dalamnya mencakup umat Islam sebagai satu kesatuan dinamis dari bangsa Indonesia demi mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamirkan. 


Perlu disadari, perjalanan panjang HMI hingga kini tentunya bukan suatu kebetulan belaka. Melainkan karena ketulusan komitmen kelahirannya serta ikhtiar dari anggota dan alumninya yang senantiasa menjaga dan mengembangkan komitmen kelahiran HMI. Indikasi ketulusan itu ialah konsistensi antara ucapan dan perbuatan. 


Hal ini jelas telah digambarkan oleh NDP (Nilai Dasar Perjuangan) HMI. Bahwa dalam setiap aksi dan perjuangannya Himpunan Mahasiswa Islam senantiasa mengedepankan Islam sebagai dasar perjuangan. Dasar berpijak inilah yang menjadikan kader-kader HMI menjadi manusia yang utuh, tidak menjadi pribadi yang rapuh (split of personality).

 

Reproduksi Intelektual dalam sejarah organisasi kemahasiswaan manapun di Indonesia, tarik menarik pengaruh antara garis politik dan garis intelektual senantiasa terjadi setiap masa. 


Ketika garis politik menjadi mainstream, maka dinamika akademis-intelektual mendapatkan porsi ruang yang semakin sempit. Hal demikian hampir menjadi keniscayaan. Namun, ketika garis intelektual menjadi mainstream, kita melihat bahwa kecerdasan dan ketajaman politik organisasi tidak pernah tumpul. Pengembangan tradisi intelektual sangat penting dijaga dan dibangkitkan kembali. Itulah salah satu karakter yang bermetamorfosa menjadi jati diri dan melebur dalam HMI. 


Karena pada hakikatnya timbulnya pembaharuan karena adanya pemikiran yang bersifat dinamis dari masing-masing individu. Setidaknya semangat untuk terus menggelorakan nilai-nilai perjuangan HMI dalam berperan secara nyata bagi umat dan bangsa mutlak untuk senantiasa dipupuk dan diimplementasikan. 


Hal ini tentu bukan hanya sekadar berani tampil beda. Tapi, kesanggupan merumuskan gagasan-gagasan yang kreatif dan produktif bagi kebangkitan eksistensi HMI. Dalam hal ini orientasi kualitas harus dikedepankan daripada kuantitas. 


Reorientasi tujuan HMI dapat terwujud jika memiliki kemampuan dalam memahami, menguasai, dan mengarahkan potensi kekuatan yang selama ini pernah dimiliki HMI, yakni konsistensi-integralitas wawasan keislaman- kebangsaan, tradisi intelektual, dan independensinya.


Dalam perannya untuk menjawab tantangan ideologi global, maka beberapa hal sebagai berikut harus dilakukan oleh HMI :


  1. Hal yang pertama dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Islam adalah menyatukan diri (islah), mengembalikan kekuatan yang sudah lama terbagi kemudian menyamakan tujuan secara Top Down adalah langkah awal agar peran yang akan dimainkan menjadi maksimal. Dengan ini HMI sebagai inisiator dari seluruh organisasi kemahasiswaan di Indonesia akan menjadi organisasi yang sangat ‘Over Power’.
  2. kemapuan ‘intellegence’ kemahasiswaan di era digital ini, HMI yang dibekali wawasan keislaman-kebangsaan, tradisi intelektual, dan independensinya bisa melakukan propaganda media serta
  3. ‘counter’ narasi agar masyarakat tidak mudah di perdaya oleh oknum-oknum yang berkepentingan untuk mencari keuntungan.
  4. Substansi dari militansi bukan hanya dengan demonstrasi, tetapi HMI juga bisa berperan dalam sosialisai dan edukasi dalam menyadarkan dan mencerdaskan masyarakat, terutama di daerah tertinggal.
  5. HMI tidak boleh berperan sebagai ‘Balance of Power’, tetapi harus menjadi ‘Counter of Power’ dimana HMI selamanya akan menjadi oposisi dari rezim yang berkuasa.
  6. Terakhir, HMI tidak hanya focus pada isu domestic, tetapi HMI harus mulai ikut andil terhadap isu Internasional, dan mungkin HMI bisa berkembang menjad Non-Government Organization (NGO) atau melebarkan sayap menjadi organisasi mahasiswa transnasional.
  7. HMI mulai internasionalisasi diri lewat didirikannya cabang-cabang di luar negeri.


Kesimpulan dari Hmi Dalam Menjawab Tantangan Ideologi Global


Dimensi globalisasi dengan sajian nilai transnasional dalam mekanismenya mempengaruhi corak berpikir serta cara berperilaku masyakat melalui proses interaksi dan tarik-menarik dengan nilai-nilai yang ada.


Kondisi tersebut mempengaruhi sebagian anggota masyarakat atau warga negara sehingga terdapat aktualisasi nilai yang kurang sesuai dengan nilai-nilai bersama. Meski hanya sebagian kecil saja dari praktik pola pikir, pola sikap, dan pola perilaku anak bangsa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai bersama dalam konteks keindonesiaan, membawa dampak yang dapat berpengaruh serta mengganggu kohesivitas dan integrasi bangsa. 


Karena sesungguhnya tercapainya kesejahteraan bersama tak ayal lagi memerlukan sebuah tatanan dunia baru yang menjamin terciptanya kerjasama harmonis dan setara antar seluruh aktor dalam proses globalisasi.


Dalam menyikapi persoalan diatas, saya rasa HMI harus mengatasi masalah tersebut. Karena seperti yang tercantum dalam konstitusi HMI, bahwa HMI memiliki peran sebagai organisasi Kader, berfungsi sebagai organisasi perjuangan, dan bersifat Independen. Maka dengan perannya sebagai organisasi kader, HMI

 

dapat melahirkan dan mampu mempersiapkan kader-kader berkualitas intelektualitas sebagai ‘Problem Solver’ bangsa. Dengan fungsinya sebagai organisasi perjuangan, HMI senantiasa bergerak memperjuangkan nilai-nilai keadilan. Dan karena sifatnya yang Independen lah, semua itu dilakukan bukan untuk kepentingan golongan, namun untuk kepentingan umat.


Sebagaimana diri kita, musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Begitu pula dengan HMI, tantangan ideologi global adalah sesuatu yang tidak akan pernah terjawab jika HMI tidak bisa menaklukan dirinya sendiri. 


Jika HMI masih terjebak dalam aktivitas politik praktis diiringi dengan ambisi yang pragmatis, maka selamanya HMI hanya akan jadi organisasi pembual yang bisanya hanya membanggakan masa kejayaan di masa lalu, tapi tak akan pernah mencapai kejayaan di masa yang akan datang. Jika masih seperti ini maka HMI jauh sekali dari keterlibatannya dalam membangun kesejahteraan dan keadilan di negara ini.


Tulisan Ini Di Buat Sebagai Syarat Untuk Mengikuti Lk 2 HMI Cabang Yogyakarta 2020

LihatTutupKomentar